Al-Mubarrid
menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr
An-Nakha’i, berkata, “Adalah di Kufah, seorang pemuda tampan, serta sangat
rajin beribadah, wajahnya selalu penuh dengan linangan air mata, karena begitu
takutnya dengan Allah, dan begitu gembiranya atas segala karunia Allah. Suatu
hari, karena ada suatu keperluan, pemuda tersebut berkunjung ke kampung dari
Bani An-Nakha’, lisannya tidak pernah berhenti dari zikir, selalu mengagungkan
nama Allah, derap langkahnya bijaksana, setiap ada orang dia sapa dengan ramah,
di saat sedang berjalan, pemuda itu bertemu dengan seorang wanita dengan
kecantikan seindah bidadari surga, jilbab yang lebar, wajah yang rupawan, derap
langkah yang mempesona, sungguh menjadi pesona tiap pemuda yang merindukan
istri yang shalehah, di saat mata mereka saling menatap, ada sebuah gejolak
rasa yang aneh melintas di dalam dada, perasaan aneh yang semakin bergelora,
semakin lama semakin menyiksa, dan akhirnya berpuncak pada suatu kesadaran
kepada keduanya, Astagfirullah, rupanya syaitan sudah mulai menancapkan godaan
sesatnya, keduanya menunduk, mengalihkan pandangan demi menjaga kemuliaan.
Malamnya sungguh
menjadi malam yang sangat menyiksa bagi sang pemuda, entah kenapa shalat malamnya
menjadi terganggu, setiap dia mengangkat takbir, maka bayangan wanita tersebut
kembali muncul, merasuki pikirannya, menghantui jiwanya, air mata pemuda
semakin deras, ketika dia kehilangan kekhusukan shalatnya, setelah sekian lama
berkecamuk, mencoba melawan bayangan si wanita, pemuda itu jatuh, tersungkur,
dan akhirnya pingsan, dengan lelehan air mata yang terus mengalir.
Sedangkan di
tempat yang berlainan, sapu tangan wanita basah kuyup akibat menahan air
matanya, dia tidak bisa menahan kerinduan yang berkecamuk di dalam dada, setiap
cerita dan pendapat dari orang-orang yang mengenal tentang keshalehan dan
kemuliaan akhlak sang pemuda sudah membuatnya cukup untuk merasakan cinta,
apalagi ketampanan pemuda yang bisa di kategorikan nabi yusuf zaman sekarang
semakin membuatnya menggila, rasa rindu semakin menyiksanya.
Di saat batin
sudah menjerit, hati tidak bisa menahan, dan kerinduan tidak terbantahkan,
berangkatlah sang pemuda untuk menemui sang ayah wanita yang menarik hatinya,
dengan tujuan melamar untuk memuliakan wanita, dan untuk menjaga pandangannya
serta menyempurnakan separoh agama, tetapi jawaban sang ayah wanita, seperti
guntur yang menggelora, siap mencabik siapa saja yang dekat dengannya, apalah
daya, jika si wanita, telah di jodohkan dengan sepupunya, pemuda pulang dengan
tangan hampa, hanya iman di dalam dada, yang bisa membuatnya sekuat baja,
meskipun tangan seakan menggenggam bara, tetapi baginya, cobaan adalah bentuk
dari kasih sayangNya.
Walau demikian,
ternyata cinta di antara keduanya benar-benar semakin bergelora, akhirnya sang
wanita mengirim surat dengan bantuan seseorang kepada sang pemuda, begitu tahu
surat tersebut dari pujaan hatinya, sang pemuda gembira seakan memiliki dunia,
di genggamnya surat tersebut, lalu di bacanya dengan perlahan.
‘Aku telah tahu
betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu.
Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu
untuk datang menemuiku di rumahku’.
Batin pemuda
semakin tersiksa, dia mempunyai dua pilihan, antara bersenang-senang dengan
wanita yang di cintainya meskipun mendapat laknat Allah, atau menolak
permintaan pujaan hatinya demi menjaga kemuliaan dirinya, pesona positif dan
negatif di dalam dirinya, bertarung sengit, tapi dia yakin, bahwa Allah akan
melaknatnya dengan hina, jikalau dia menerima ajakan si wanita, lalu pemuda
membalas suratnya
‘Aku tidak
setuju dengan dua alternatif itu, “sesungguhnya aku merasa takut bila aku
berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang
besar.” (Yunus:15) ,Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan
tidak pernah padam kobarannya.’
Setelah membaca surat dari pemuda,
luluhlah hati sang wanita, dia menyadari bahwa syaitan sudah menguasai dirinya,
si wanita berkata “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi
Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari
orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Dia tebus kesalahannya
dengan meningkatkan ketakwaannya, dia jauhi urusan dunia, akan tetapi, dia
masih memendam rindunya kepada pemuda, tubuhnya mulai semakin kurus dan kurus
menahan rindunya, sampai akhirnya, sang wanita menutup mata untuk
selama-lamanya, meninggalkan dunia yang fana. Sang pemuda sering datang
menziarahi kuburnya, dia menangis dan mendoakan kebaikan bagi wanita yang di
cintainya, suatu hari sang pemuda tertidur di atas kuburannya, dia bermimpi
bertemu sang wanita yang dicintainya dalam penampilan yang sangat baik, dalam
mimpi, sang pemuda bertanya kepada wanita, ” Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang
kamu dapatkan setelah meninggal?
Sang wanita
menjawab “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah
cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”
Pemuda itu
bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang
menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang
dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu
berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana , sebab aku di sini juga tidak
melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku
meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah Subhanahuwataala) agar kita nanti
bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam
ibadah.”
Si pemuda
bertanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan
datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil
oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Begitu indahnya,
jikalau cinta, menjadikan seseorang dalam ketaatan, begitu indahnya, jikalau
cinta, bersatu dalam ikatan, dan kembali bertemu dalam surgaNya, kekal
selama-lamanya dalam kebahagiaan, oh cinta, begitu suci dan mulianya, sebuah
cinta yang terjalin dalam ketaatan.
Ketika kita membaca
perkataan dari sang wanita “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah
cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.” Betapa mulianya
jikalau cinta sebagus itu, tapi ketika melihat fenomena di depan mata, sungguh
kesucian cinta begitu ternoda, kesucian cinta telah ternoda dengan aktifitas
zina, pacaran merajalela, dan menjadi menu wajib bagi para kawula muda, andai
mereka sadar, betapa terbahak-bahaknya syaitan melihat kelakuan mereka, jikalau
cinta bisa di dapatkan melalui pacaran, maka siap-siaplah mereka menderita,
siap-siaplah mereka tertipu. Ketahuilah saudaraku, tidak ada yang namanya cinta
dalam aktifitas pacaran, semuanya embel-embel zina yang di kemas syaitan
menjadi perilaku yang menyenangkan, yang namanya zina, itu tidak hanya pada
bagian antara pusar sampai lutut, semua anggota tubuh bisa jadi terdakwa, zina
mata karena melihat, zina kata-kata karena rayuan gombal, zina hati karena
berangan-angan, dan sebagainya, saudaraku, tundukkanlah pandanganmu demi
kemulian, jangan biarkan kulitmu di tembus oleh besi dari neraka karena
bersentuhan dengan yang bukan mahram, cukuplah Allah sebagai penolongmu dan
tempat berserah diri.
Kita lihat,
orang pacaran paling alim pegangan tangan, begitu mudahnya cinta di ungkapkan,
aku mencintaimu, tetapi dia mengajak pasangannya ke dalam kemaksiatan, apakah
seperti itu yang di katakan cinta, bahkan banyak para muslimah yang dulunya
penuh ketaatan, tetapi berubah drastis karena aktifitas pacaran, tidak sedikit
teman-teman muslimah yang saya kenal terperangkap oleh belenggu seperti itu,
meskipun dia memakai kerudung, sering belajar agama, tetapi karena aktifitas
pacaran, semuanya menjadi kabur, mereka senang-senang saja saat tangan sang
pemuda menyentuh tubuhnya, menyentuh kulitnya, masya Allah, mudah-mudahan kita
semakin istiqomah di jalan ketaatan, dan bagi saudara-saudariku yang sedang
melakukan hal itu, semoga Allah melembutkan hatimu, menyadarkanmu dari belenggu
syaitan,
0 komentar:
Posting Komentar