Latar Belakang
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar
mengajar mempunyai peranan
penting dalam mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik.
Peranan tersebut diharapkan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas
di bidang ilmu pengetahuan.
Matematika sebagai salah satu
pelajaran dalam kelompok IPA yang termasuk sarana berpikir ilmiah sangat
diperlukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan
kritis dalam diri peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan matematika sangat diperlukan oleh
semua orang dalam kehidupan sehari-hari.Selama
ini proses pembelajaran matematika disekolah kebanyakan berpusat/terfokus pada
guru, serta dalam pelaksanaannya guru memegang kendali, memainkan peran aktif,
sedangkan siswa cenderung pasif dalam menerima informasi, pengetahuan dan
keterampilan dari guru.
Berdasarkan hasil observasi
awal dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di kelas VII6
SMP Negeri 10 Kendari yang dilaksanakan
pada tanggal 12 November 2009 , diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata hasil
belajar matematika tahun ajaran 2008/2009 pada semester ganjil (I) hanya
mencapai rata-rata 60, khusus materi PLSV hanya mencapai rata-rata 58 dan ini
belum memenuhi standar ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu 62 (KKM). Siswa
yang memperoleh nilai ≥ 62 hanya 10 orang atau 25% dan siswa yang memperoleh
nilai ˂ 62 sebanyak 30 orang atau 75 % belum mencapai KKM. Menurut guru yang
bersangkutan, penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah
kurangnya keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran dan pada akhirnya
mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika.
Salah saatu materi ajar yang dirasakan masih cukup sulit dipahami siswa adalah
persamaan linear satu variabel (PLSV) khususnya dalam penggunaan atau penentuan
simbol yang digunakan sebagai variabel misalnya: “ y banyaknya hari dalam satu
minggu”.
Salah satu cara untuk
membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan
menggunakan cara/model yang tepat yakni pembelajaran dapat menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya
menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang
dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
Selain itu pula, dari hasil
wawancara singkat terhadap beberapa orang siswa, pada umumnya siswa mengatakan
bahwa dalam penggunaan atau penentuan simbol yang digunakan sebagai variabel
mereka tidak paham apa yang akan dijawab dan bagaimana cara menyelesaikannya.
Selanjutnya,
peneliti mengadakan pengamatan langsung di kelas saat proses pembelajaran di
kelas, terlihat bahwa dalam
penyajian materi guru masih menggunakan metode ceramah yang bervariasi dengan
metode tanya jawab dan pemberian tugas. Hal ini terkait dengan buku-buku
pelajaran dan media pembelajaran yang dibutuhkan jumlahnya sangat terbatas.
Metode tanya jawab dan metode pemberian tugas belum dapat mengoptimalkan
keaktifan siswa. Siswa yang pintar cenderung mendominasi jawaban pertanyaan
guru dan siswa yang kurang pintar dan terkesan pasif. Demikian juga metode
pemberian tugas belum dapat menyeimbangkan aspek kepribadian siswa, misalnya
jika diberikan tugas pekerjaan rumah hanya beberapa yang mengerjakan, sedang
siswa yang lain menyalin pekerjaan temannya. Hal ini kurang melibatkan siswa
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, akibatnya matematika dianggap sulit
serta tidak dipahami oleh siswa sehingga berimplikasi pada rata-rata hasil
belajar matematika yang diperoleh siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang banyak digunakan dalam penerapan kurikulum tingkat
satuan pendidikan. Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak
berubah, namun terdapat beberapa tipe dari model tersebut. Tujuan dibentuknya
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan-kegiatan belajar. Sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah. Salah satu tipe
dalam pembelajaran kooperatif yang dianggap peneliti dapat memotivasi siswa
dalam peran aktif dalam proses belajar mengajar adalah Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT.)
Model pembelajaran kooperatif
tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
latar belakang, dan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang
dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya
Keunggulan/kelebihan
model pembelajaran koperatif tipe NHT
yaitu
· Terjadinya
interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
·
Siswa pandai maupun siswa lemah sama
-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
·
Dengan bekerja secara kooperatif ini,
kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk
siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.
·
Dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan
bakat kepemimpinan
Kelemahan/kekurangan model pembelajaran
koperatif tipe NHT yaitu
·
Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi
sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
·
Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada
siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki
pemahaman yang memadai.
·
Pengelompokkan siswa
memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda -beda serta membutuhkan waktu
khusus.
(Arends dalam Awaliyah, 2008: 3)
Dengan
melihat fenomena tersebut, peneliti bersama guru bermaksud mengadakan kerjasama
dalam upaya memberikan solusi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam
menyelesaikan soal persamaan linear
satu variabel. Model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan pada
pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika, tidak cukup hanya
dengan mengetahui dan menghafalkan konsep-konsep matematika tetapi juga
dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika
dengan baik dan benar sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Dari uraian di atas sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa di SMP Negeri 10 Kendari, maka peneliti bersama guru tertarik
untuk mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) guna meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa melalui suatu penelitian yang berjudul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika
melaui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperetif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Materi Ajar Persamaan Linear Satu
Variabel Pada Siswa Kelas VII6
SMP Negeri 10 Kendari”.
Selengkapnya download DISINI