Pages

Subscribe:

Kamis, 24 November 2016

Adakah Efek Bantan Operasional Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTs. YKUI Sambogunung Dukun Gresik?

Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikiuti oleh semua orang. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab tantangan-tantangan global dalam kehidupan. Dengan pendidikan ini pula harkat dan martabat seseorang akan terangkat, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, martabat di lingkungannya juga rendah. Namun apabila seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, akan semakin tinggi pula martabat orang tersebut. Hal ini juga akan berlaku pada bangsa dan Negara. Harkat dan martabat bangsa Indonesia dimata dunia juga dipengaruhi oleh pendidikan penduduknya. Negara/bangsa yang pendidikan penduduknya rata-rata rendah maka dimata dunia martabat bangsa tersebut juga rendah. Namun sebaliknya apabila pendidikan penduduk suatu bangsa semakin tinggi, maka martabat bangsa tersebut juga tinggi. Bahkan bangsa-bangsa lain akan bermartabat dan akan memperhitungkan bangsa tersebut. Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan harkat/martabat bangsa Indonesia tak henti-hentinya berupayaagar seluruhpenduduknya mengenyam pendidikan.
Upaya-upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan harkat/martabat bangsa dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Pemprop Jatim, 2003, hal. 6)
Sebagai implementasidari Undang-Undang tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam pendidikan. Kebijakan pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009 meliputi peningkatan akses rakyat terhadap pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan akses rakyat terhadap pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah-daerah konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat.
Namun demikian upaya-upaya dan kebijakan pembangunan pendidikan sampai saat ini belum memenuhiharapa. Hal ini diperkuatdengan uraian/penjelasan yang berbunyi:
Sampai dengan tahun 2003 masih banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Anak usia 7-15 tahun yang belum pernah sekolah masih sekitar 693,7 ribu orang (1,7 %). Sementara itu yang tidak bersekolah lagi baik karena putus sekolah maupun karena tidak melanjutkan dari SD/Mike SMP/MTs ke jenjang pendidikan menengah sekitar 2,7 juta orang (6,7 %) dari total penduduk usia 7-15 tahun. Secara komulatif jumlah siswa putus sekolah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir mencapai 1,39 juta untuk SD/MI, 535,7 ribu untuk jenjang SMP/MTs dan 352,6 ribu untuk SMA/SMK/MA (Depdiknas, 2005, hal. 1).
Salah satu indikator tingginya angka putus sekolah tersebut adalah masalah ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan ekonomi. Disamping itu dengan tingginya biaya pendidikan baik langsung maupun tidak langsung, seperti iuran sekolah, buku, seragam, alat tulis, transportasi, kursus dan lain-lain, semakin mempersulit bagi kelompok miskin.
Kenaikan harga BBM mulai tanggal 1 Maret 2005 akibat dari pengurangan subsidi BBM, dikhawatirkan akan menurunkan kemampuan daya beli penduduk miskin. Hal tersebut lebih lanjut akan dapat menghambat upaya penuntasan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun karena penduduk miskin akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan.
Dengan adanya pengurangan subsidi pengurangan BBM tersebut dan sehubungan dengan penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun, pemerintah kembali meluncurkan program bantuan kepada siswa. Kali ini programnya diberi nama Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SMPLB negeri/swasta dan pesantren salafiyah serta sekolah keagamaan non Islam serta SD dan SMP yang menyelenggarakan Wajib Belajar Sembilan Tahun. Melalui BOS peserta didik tingkat dasar akan dibebaskan dari beban biaya operasional sekolah.
Dari sedikit uraian di atas, penulisterdorong untuk mengadakan penelitian dengan pokok permasalahan : “Adakah Efek Bantan Operasional Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTs. YKUI Sambogunung Dukun Gresik?”


Selengkapnya download DISINI

Rabu, 23 November 2016

Peran Guru dalam Pendisiplinan Siswa pada SMP Negeri 1 Lakudo

Pendidikan Nasional Indonesia yang berdasarkan Pancasila bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI nomor 20 tahun 2003).
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pend­­­­idikan mewujudkan dalam rangka program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Untuk tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, maka diperlukan kerjasama yang baik dan saling pengertian antara ketiga lingkungan pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan harus senantiasa memperhatikan kedisiplinan anak dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara kepala sekolah, guru dan orang tua siswa dalam rangka menumbuhkan atau membina kedisiplinan pada siswa.
Koestoer (1983: 68) menyatakan disiplin pada dasarnya adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan atau norma yang berlaku dalam sekolah tersebut seperti disiplin waktu, disiplin berpakaian, mengerjakan tugas dan lain sebagainya
Dewasa ini ada tiga kelompok siswa yang memprihatinkan orang tua masyarakat, dan sekolah, mereka adalah anak putus sekolah, siswa yang kurang berprestasi dan melanggar tata tertib sekolah. Setiap siswa menimbulkan kekecewaan pada staf sekolah karena perilaku yang nampaknya tidak rasional. Ketiga masalah ini biasanya akibat dari masalah-masalah yang kompleks dari kehidupan siswa-siswa dan untuk memperbaikinya bukan pekerjaan yang mudah. Masalah ini telah disadari oleh para guru bahwa di dalam konteks hubungan yang ditandai dengan penerimaan, kekeluargaan dan non evaluasi bahwa siswa-siswa ini sanggup untuk melihat dirinya dan untuk memulai memperbaiki pola hidupnya yang masih kacau.
Penelitian yang maksimal tentang cara-cara sekolah dapat membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan baik terhadap aturan yang sudah di terapkan di lingkup sekolah.
Dalam suatu masyarakat sekolah, para siswa harus mampu mengendalikan keinginan-keinginan pribadinya masing-masing, dengan kata lain mereka harus mengikuti dengan baik tata perilaku yang telah ditetapkan oleh sekolah. Keterampilan siswa dalam mendisiplikan diri dengan baik merupakan hal penting bagi mereka, namun tingkat disiplin setiap siswa dalam mengembangkan penerimaan dan kepatuhan tehadap peraturan sekolah berbeda-beda. Untuk mengatasi hal tersebut setiap sekolah menerapkan beberapa sanksi untuk memperbaiki perilaku-perilaku para siswanya.
Sebagaimana diketahui peranan guru sebaiknya tidak pada perilaku menghukum anak didik. Guru yang sering menghukum anak didik dapat mengganggu hubungan kepercayaan (raport) dan berbagai informasi yang diperlukan dari siswa tersebut. Hal ini secara langsung akan merusak profesi kependidikan di sekolah.
Nursisto mengemukakan bahwa “masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah” dalam (tarmizi.wordpress.com). Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal.
Berdasarkan hasil observasi awal di SMP Negeri 1 Lakudo menunjukkan bahwa terdapat siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud adalah terlambat mengikuti apel pagi, tidak mengerjakan tugas, dan masih banyaknya siswa yang pulang sebelum waktu pelajaran selesai (bolos). Setiap siswa yang melakukan pelanggaran ditindaki dengan diberikan sanksi. Sanksi-sanksi yang sering diberikan oleh guru terhadap siswa-siswa yang melakukan pelanggaran tersebut yakni siswa disuruh membersihkan WC, dijemur di terik matahari, lari mengelilingi lapangan, mengisi air di bak  mandi, dan memungut sampah (Sumber data : Observasi Awal 2008). 
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang “Peran Guru dalam Pendisiplinan Siswa pada SMP Negeri 1 Lakudo”.

Selengkapnya download DISINI 

Selasa, 22 November 2016

BANTAHAN TERHADAP PAHAM PLURALISME AGAMA

Pengantar Cetakan kedua


Segala puji hanya untuk Allah SWT semata. Amma ba’du…
Sesungguhnya adalah bencana seruan untuk mencampur-adukkan  agama Islam dengan agama-agama lain yang sesat seperti Yahudi dan  Kristen. Untuk hal itu, bangsa-bangsa kafir menyelenggarakan berbagai macam konferensi  dengan berbagai nama, misalnya: “Pendekatan antar Agama”, “Penyatuan Agama”, “Persaudaraan antar Agama”, atau “Dialog Peradaban”. Hal ini merupakan salah satu penopang terburuk dua gua yang amat gelap yaitu “Tatanan Dunia Baru” dan “Globalisasi” yang memiliki tujuan menyebarkan kekufuran, atheisme, kebebasan, menghapus nilai-nilai Islam dan mengubah fitrah kemanusiaan. Oleh karena itu, saya susun buku ini untuk untuk mengungkapkan bahaya bencana ini terhadap kaum muslimin dan untuk menjelaskan ketidakbenarannya serta memperingatkan kaum muslimin dari bahayan hal tersebut.
Kita dilarang keras mengikuti  paham penyatuan agama-agama, sebagaimana terdapat  dalam  surat Al-Fatihah yang dibaca kaum muslimin pada  setiap shalat:
(6). Tunjukilah kami jalan yang lurus…
(7). (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan  (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula) jalan mereka yang sesat.
Buku ini memiliki kandungan makna yang luhur dan hikmah yang besar.  Alhamdulillah telah dicetak empat kali. Cetakan pertama di dalam dan di luar Arab Saudi  termasuk cetakan Lembaga Pusat Riset Ilmiah dan Fatwa tahun 1420 H. Pada cetakan kedua ini ada beberapa tambahan di antaranya:
  1. Pada halaman 16 firman Allah I dalam surat Al-Baqarah: 42 yang artinya: “Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil” dan penafsiran ulama salaf yang mengatakan: “Janganlah kamu campur-adukkan Yahudi dan Kristen dengan Islam…”. Ini termasuk kandungan makna luhur dari Al-Qur’an.
  2. Pada halaman 49-55 dua kutipan dari perkataan Syekh Islam Ibnu Taimiyah ra, bahwa semua agama para Nabi adalah satu tidak bisa dinaskh sedangkan syariat mereka berbeda dan seluruh syariat-syariat itu dihapus dengan syariat penutup  Nabi Muhammad r. Barang siapa yang tidak beriman kepadanya dan kepada syariahnya maka ia kafir. Dan kami jelaskan juga pada halaman 45 kesalahan ungkapan “Agama-agama Samawi.”
  3. Pada akhir buku ini kami cantumkan tiga tambahan yaitu fatwa-fatwa yang berasal dari Lajnah Da’imah Lilbuhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta, tentang “Batalnya Seruan Penyatuan Agama”, “Pengharaman Membangun Tempat-tempat Ibadah Orang-orang Kafir, seperti Gereja” dan “Peringatan tentang Bahaya Sarana Kristenisasi”
Pada cetakan kali ini, kami cantumkan juga indeks ayat Al-Qur’an, riwayat-riwayat dan faedah-faedah, serta judul.
Alhamdulillah rabbil alamin.

Penulis
Bakr bin Abdullah Abu Zaid
20 Jumadil awwal 1421 H.

Selengkapnya download DISINI  

Senin, 21 November 2016

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bangun Ruang Dengan Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction ) Pada Siswa Kelas IV SDIT At Taqwa Dono Sendang Tahun Pelajaran 2007-2008. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Tulungagung.

Kata Kunci : Prestasi belajar, Direct Instruction, bangun ruang.

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memberikan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataanya matematika justru dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan bagi siswa. Berawal dari permasalahan itu maka perlu adanya perubahan dalam pembelajaran sehingga asumsi buruk tentang matematika sedikit demi sedikit akan hilang. Salah satunya yaitu dengan menerapkan pembelajaran langsung (Direct Instruction).
Salah satu metode pembelajaran yang dianggap bisa meningkatkan prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Pembelajaran ini diyakini sesuai dengan karakter siswa kelas IV SDIT At Taqwa karena dalam pembelajaran ini menggunakan alat bantu peraga matematika yaitu jaring-jaring bangun ruang balok dan kubus serta adannya kuis dan hadiah menarik yang membuat siswa menjadi semangat untuk belajar menjadi yang terbaik.
Rumusan masalah dari model pembelajaran langsung (Direct Instruction) ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) untuk meningkatkan prestasi belajar bangun ruang pada siswa kelas IV SDIT At Taqwa.
Penerapan model pembelajaran ini dilaksanakan dengan tujuan: (1) Untuk mengembangkan penguasaan ketrampilan siswa yang sederhana dan kompleks, (2) Supaya siswa bisa memahami materi-materi yang diajarkan oleh gurunya dengan jelas, (3) Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa terhadap pokok bahasan bangun ruang balok dan kubus. Setelah di terapkannya model pembelajaran langsung (Direct Instruction).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat alami dan nyata. Penelitian ini dalaksanakan dengan dua siklus yang mana dalam satu siklus dibagi menjadi dua kali pertemuan. Dalam satu siklus ada empat tahap yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan (4) Refleksi. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi,, wawancara dan test. Metode observasi diperoleh data untuk mengamati sejauh mana model pembelajaran langsung (Direct Instruction) diterapkan selama penelitian. Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan siswa dan untuk interaksi antar guru dan siswa selama pembelajaran dengan model Direct Instruction. Dari metode test dapat diperoleh data yang berupa nilai belajar siswa dan untuk selanjutnya digunakan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa dalam materi bangun ruang,, sehingga dari nilai tersebut dapat dilihat prestasi belajarnya.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang bersikap deskriptif. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : (1) Persiapan penelitian, (2) Membuat perencanaan penelitian, (3) Instrumen penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung (Direct Instraction) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) Tahap awal, appersepsi dan motivasi, (2) Tahap inti, guru melakukan demonstrasi dengan benar, menyajikannya setahap demi setahap dan mengadakan permainan kuis, (3) Tahap akhir, penegasan hasil belajar dan postest. Peningkatan prestasi belajar ini juga dapat dilihat dari meningkatnya nilai siswa mulai dari test awal pra tindakan dengan skor nilai rata-rata siswa 53,76 % dan setelah adanya model pembelajaran langsung rata-rata siswa mencapai 74,70 % untuk test siklus I dan 81,76 % untuk test siklus II. Sehingga sesuai dengan pembahasan analisis data yang diperoleh dapat diambil simpulan bahwa prestasi belajar bangun ruang pada siswa kelas IV SDIT At Taqwa akan bisa meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran langsung (Direct Instruction).

Selengkapnya download DISINI

Minggu, 20 November 2016

UPAYA MENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PENGUKURAN SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR AND SHARE) PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI KEDOYO II KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

Kata Kunci : Prestasi Belajar, Metode Kooperatif Tipe TPS (Think Pair and
                       Share), Pengukuran Sudut

Pengajaran matematika merupakan bagian yang penting dari pendidikan secara keseluruhan, karena dengan pengajaran matematika anak dilatih berfikir seara kritis, kreatif, cermat dan teliti serta bertindak secara logis. Dengan demikian perlu diperhatikan bagaimana cara agar anak didik dapat menyerap materi ajaran matematika semaksimal mungkin. Atas dasar tersebut diadakan penelitian untuk menanamkan konsep seara bermakna, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair and Share) dalam pembelajaran matematika.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimanakah penerapan pendekatan model pembelajaran tipe TPS (Think Pair and Share) yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV semester II SDN Kedoyo II tahun pelajaran 2007/2008?, (2) bagaimanakah penerapan  model pembelajaran tipe TPS (Think Pair and Share) yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV semester II SDN Kedoyo II tahun pelajaran 2007/2008?.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk : (1) mendeskripsikan model pembelajaran tipe TPS (Think Pair and Share) yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV semester II SDN Kedoyo II tahun pelajaran 2007/2008, (2) mendeskripsikan model pembelajaran tipe TPS (Think Pair and Share) yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV semester II SDN Kedoyo II tahun pelajaran 2007 / 2008.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan rancangan penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) rencana tindakan (2) pelaksanaan tindakan (3) pengamatan/observasi (4) analisis dan refleksi.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV semester II SD Negeri Kedoyo II  Kecamatan Sendang, tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan, dan materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengukuran sudut. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi untuk guru dan siswa, tes awal dan tes akhir, serta wawancara mengenai pendapat siswa tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair and Share). 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus I termasuk katagori baik, untuk pertemuan pertama yaitu 55,77% dan pada pertemuan kedua yaitu 65,38%, dengan rata-rata pada siklus I adalah 60,58% yang dikatagorikan baik. Pada siklus II terjadi peningkatan dari siklus I, untuk pertemuan pertama yaitu 78,85% dan pada pertemuan kedua yaitu 80,77% dengan rata-rata pada siklus II adalah 82,69% yang dikatagorikan sangat baik. Dan ketuntasan belajar siswa juga meningkat sebesar 10,72% pada siklus I dan 21,42% pada siklus II.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair and Share) yang dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa adalah pada tahap awal peneliti memberitahukan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran serta memberi motivasi pada siswa, pada tahap inti peneliti memberitahu inti dari materi dan mengajak siswa untuk berpikir bersama-sama, menyuruh siswa mengerjakan tugas seara individu, berpasangan dengan teman sebalah, dan berbagi dengan teman satu kelompok, pada tahap akhir peneliti membimbing siswa untuk menarik kesimpulan bersama-sama.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair and Share) perlu terus dilakukan, karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Materi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada materi pengukuran sudut, sehingga bagi peneliti yang ingin meneliti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair and Share) dapat mengembangkannya dengan mencobanya pada materi yang lebih luas.

Selengkapnya download DISINI

Sabtu, 19 November 2016

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR SISWA ANTARA METODE PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN TEXT BOOK ANJURAN DENGAN MENGGUNAKAN TEXT BOOK WAJIB PADA MATA DIKLAT AKUNTANSI SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK YPE KROYA TAHUN AJARAN 2006/ 2007

Pengajaran merupakan aktifitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan pengajaran, baik yang sifatnya intruksional maupun tujuan pengiring. Salah satu komponen dari sistem pengajaran adalah sumber belajar yang dapat dipergunakan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar. Menurut Sudjana dan Rivai (2003: 76) sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan Proses Belajar mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.
Menurut Rohani (2004: 172) sumber belajar mencakup manusia dan non manusia yang dapat memberi kemudahan belajar kepada peserta didik. Sumber belajar sangat mempengaruhi kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Dengan kata lain sumber belajar dapat mempengaruhi kualitas pengajaran.
Sumber belajar manusia adalah guru, sedangkan sumber belajar non manusia adalah segala daya non manusia yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Kedudukan guru sebagai sumber belajar disini adalah guru sebagai fasilitator dan pengelola pada proses kegiatan belajar mengajar. Berkaitan dengan penggunaan sumber belajar, sangat erat kaitannya dengan pemilihan strategi, metode pengajaran yang dipilih guru dalam kegiatan belajar mengajar (Sudjana dan Rivai, 2003: 87).
Sampai dewasa ini guru masih berpegang pada pandangan sumber belajar dalam pengertian sempit, yaitu buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya (Sudjana dan Rivai, 2003: 76). Hal ini terlihat dalam progam pengajaran yang disusun oleh guru, komponen sumber belajar pada umumnya akan diisi dengan buku teks pelajaran (text book). Text book yang digunakan oleh guru dalam menunjang proses belajar mengajar ada dua macam yaitu text book anjuran dan text book wajib. Buku sebagai sumber belajar dipandang sangat mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik. Proses belajar yang dimaksud disini adalah proses belajar secara klasikal maupun belajar mandiri pada saat di kelas maupun belajar mandiri selepas jam sekolah.
Demikian pula pada kelas X Akuntansi SMK YPE Kroya, sumber belajar yang digunakan adalah buku. Berkaitan dengan penggunaan buku teks pelajaran, metode pengajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah gabungan antara metode ceramah, tanya jawab, latihan dan tugas. Menurut Sudjana (2005:91), metode ceramah digunakan untuk menyampaikan materi, metode tanya jawab untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan, metode latihan untuk melatih ketrampilan dari bahan yang telah dipelajari, sedangkan metode tugas untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan/materi yang telah disampaikan.
Berdasarkan pengamatan, guru biasanya mengambil bahan ajar, membuat latihan-latihan maupun penugasan, terutama dari buku teks pelajaran (text book) yang dianjurkan. Sedangkan para siswa harus memperoleh text book yang dianjurkan dengan cara membeli dari penerbit tertentu yang sudah ditentukan oleh guru, oleh karena hanya sebagian siswa yang memiliki text book anjuran karena faktor biaya, meskipun tidak menutup kemungkinan siswa memperoleh text book anjuran dengan cara meminjam dari perseorangan.
Kenyataan yang ada selama ini biasanya perpustakaan sekolah hanya menyediakan text book wajib dalam jumlah yang terbatas, sehingga jumlah yang tersedia tidak mencukupi jumlah siswa yang ada, dan peminjaman hanya pada saat proses belajar mengajar akuntansi berlangsung. Padahal idealnya setiap siswa memperoleh satu text book wajib dan jangka waktu peminjamannya satu tahun ajaran, atau selama materi yang ada dalam text book wajib dibahas.
Text book anjuran biasanya digunakan sebagai buku pelengkap buku wajib, hal ini dikarenakan text book anjuran isinya lebih lengkap daripada text book wajib. Text book wajib biasanya digunakan oleh guru untuk menambah latihan-latihan soal. Text book wajib diperoleh oleh siswa secara cuma-cuma dan peminjamannya melalui perpustakaan sekolah.
Di SMK YPE Kroya dari setiap tahun ajaran, siswa yang memiliki text book akuntansi anjuran hanya sekitar 20% namun setiap proses belajar mengajar mata diklat Akuntansi para siswa diharuskan meminjam text book wajib yang tersedia di perpustakaan sekolah, sehingga semua siswa memegang text book pada saat Proses Belajar Mengajar berlangsung. Namun text book wajib akuntansi dari perpustakaan yang jumlahnya sangat terbatas hanya boleh dipinjam pada saat proses belajar mengajar akuntansi berlangsung. Karena jumlahnya yang terbatas, maka text book wajib akuntansi dari perpustakaan hanya diperuntukan bagi siswa yang tidak memiliki text book akuntansi anjuran. Atau dengan kata lain bagi siswa yang tidak memiliki text book akuntansi anjuran pada saat belajar mandiri selepas jam sekolah tidak memanfaatkan text book sebagai sumber belajar.
Fungsi sebenarnya dari buku teks pelajaran anjuran adalah sebagai buku pelengkap buku teks pelajaran wajib, atau keduanya adalah merupakan satu kesatuan. Namun, seperti diuraikan di atas, keadaan yang ada di SMK YPE Kroya karena buku teks pelajaran wajib yang disediakan oleh sekolah terbatas dan jumlah siswa yang memiliki buku teks pelajaran anjuran hanya sebagian siswa, maka pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa hanya menggunakan buku teks pelajaran anjuran atau buku teks pelajaran wajib saja, sehingga kedudukan buku teks pelajaran wajib dan buku teks pelajaran anjuran menjadi berdiri sendiri-sendiri.

Berdasarkan pengamatan selama ini menunjukan bahwa nilai mata diklat Akuntansi kelas X Akuntansi di SMK YPE Kroya tergolong baik, namun nilai yang diperoleh siswa berbeda-beda. Peneliti berasumsi bahwa perbedaan nilai yang dicapai oleh siswa dikarenakan ada siswa yang menggunakan text book akuntansi anjuran saja dan ada siswa yang hanya menggunakan text book wajib pada proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan penggunaan buku teks pelajaran erat kaitannya dengan belajar mandiri baik secara klasikal di sekolah maupun kegiatan belajar mandiri di rumah. Kenyataan ini yang mendorong keinginan penulis untuk mengungkap lebih jauh tentang perbandingan prestasi belajar antara siswa yang menggunakan text book akuntansi anjuran belajar dengan yang menggunakan text book akuntansi wajib dengan sebuah judul “studi komparasi prestasi belajar siswa antara metode pembelajaran menggunakan text book anjuran dengan menggunakan text book wajib pada mata diklat akuntansi siswa kelas X Akuntansi SMK YPE Kroya tahun ajaran 2006/ 2007”. Dengan kosentrasi penelitian pada prestasi belajar akuntansi siswa kelas X progam studi Akuntansi tahun 2006/ 2007.

Selengkapnya download DISINI

Jumat, 18 November 2016

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN “SAVI” DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

Kata kunci : pendekatan SAVI, motivasi belajar, prestasi belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan prestasi belajar matematika pokok bahasan lingkaran melalui pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan pendekatan konvensional. 2) Perbedaan prestasi belajar matematika pokok bahasan lingkaran ditinjau dari motivasi belajar siswa. 3) Interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan lingkaran. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP N I Wuryantoro. Sebagai sampel diambil dua kelas sebanyak 80 siswa yang kemudian dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas VIIIB sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen diberikan pendekatan SAVI sedangkan kelas VIIID sebanyak 40 siswa sebagai kontrol diberikan metode konvensional dengan teknik pengambilan sampel adalah teknik random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes untuk data hasil belajar siswa matematika, metode angket untuk data motivasi belajar siswa serta metode dokumentasi untuk mengetahui nilai ujian semester 1 matematika siswa yang digunakan untuk menguji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian persyaratan analisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi (anova) dua jalur. Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi dilakukan uji scheffe. Hasil penelitian dengan α = 5% dapat disimpulkan bahwa: (1) Fhitung = 11,429 > Ftabel = 3,972 sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan pembelajaran pendekatan SAVI tehadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan lingkaran, (2) F hitung = 3,482 > F table = 3,122 sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan  otivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan lingkaran, (3) F hitung = 1,721 < F tabel = 3,122 sehingga H0 diterima yang berarti tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika.

Selengkapnya download DISINI

Kamis, 17 November 2016

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK AL – HIDAYAH I JAKARTA SELATAN

Lembaga pendidikan (sekolah) merupakan wadah para siswa dalam menggali ilmu pengetahuan, salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa adalah motivasi belajar yang ada pada diri siswa. Adanya motivasi belajar yang kuat membuat siswa belajar dengan tekun yang pada akhirnya terwujud dalam hasil belajar siswa tersebut. Oleh karena itulah motivasi belajar hendaknya ditanamkan pada diri siswa agar dengan demikian ia akan dengan senang hati akan mengikuti materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Perlu ditanamkan pada diri siswa bahwa dengan belajarlah akan mendapatkan pengetahuan yang baik, siswa akan mempunyai bekal menjalani kehidupannya di kemudian hari.
 Hal – hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar pada diri siswa dapat timbul dari dirinya sendiri, lingkungan sekolah maupun dari lingkungan keluarga. Dari lingkungan sekolah misalnya guru di samping mengajar juga hendaknya menanamkan motivasi belajar kepada siswa yang diajarnya. Banyak siswa yang tidak termotivasi belajar mengakibatkan hasil belajarnya menurun. Oleh karena itulah sekolah hendaknya mengkondisikan lingkungannya sedemikian rupa dengan demikian siswa akan termotivasi untuk belajar.

Mengingat akan pentingnya motivasi belajar ini dalam kegiatan belajar mengajar, maka sudah seharusnya berbagai pihak yang terkait dengan bidang pendidikan menaruh perhatian sebaik-baiknya.

Selengkapnya download diSINI

Rabu, 16 November 2016

PERBEDAAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI MTsN NGANTRU TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

ABSTRAK

Kata Kunci : prestasi belajar, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, pembelajaran konvensional.

Penelitian dalam skripsi ini dilatar belakangi oleh sebuah fenomena bahwa pada saat ini kebanyakan proses belajar mengajar di sekolah banyak menggunakan metode konvensional, dimana dalam metode ini guru sangat dominan dan mengontrol alur pelajaran dan metode ini kurang cocok dipakai dalam matematika. Dalam proses pembelajaran guru harus menggunakan metode lain untuk menciptakan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang berkembang saat ini yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, metode ini adalah konsep pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam tim yang heterogen (kelompok asal), kemudian mereka (yang mempunyai materi sama) berkumpul dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka. Setelah selesai mereka kembali kepada kelompok asal dan menyampaikan materi yang diperoleh kepada teman - temannya (kelompok asal). Yang terakir adalah, para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah prestasi belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VII MTsN Ngantru Tulungagung tahun pelajaran 2009/2010? (2) Bagaimanakah prestasi belajar matematika melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII MTsN Ngantru Tulungagung tahun pelajaran 2009/2010? (3) Adakah perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan Prestasi belajar matematika melalui pembelajaran konvensional pada
siswa kelas VII MTsN Ngantru Tulungagung tahun pelajaran 2009/2010?.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Untuk mengetahui prestasi belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VII MTsN Ngantru Tulungagung tahun pelajaran 2009/2010. (2) Untuk mengetahui prestasi belajar matematika melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII MTsN Ngantru Tulungagung tahun pelajaran 2009/2010. (3) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII MTsN Ngantru Tulungagung tahun pelajaran 2009/2010.
Skripsi ini bermanfaat bagi kepala sekolah untuk masukan dalam menentukan haluan kebijakan dalam membantu meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebagai bahan masukan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran, khususnya tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bagi guru matematika yang terlibat dalam penelitian ini baik dari segi teoritis maupun dari pelaksanaan pembelajarannya. bagi siswa diharapkan akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Bagi penulis sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian lainnya khususnya dibidang pendidikan.
Dalam penelitian ini digunakan metode observasi, interview/wawancara, tes dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung. Tes digunakan untuk mengetahui prestasi siswa. Sedangkan interview dan dokumentasi digunakan untuk menggali data tentang populasi, sampel, saran dan prasarana pendidikan, dan dokumen sekolah.

Setelah penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan beberapa metode diatas, penulis menggunakan rumus Uji t, setelah data dianalisis, akhirnya dapat disimpulkan bahwa, (1) Prestasi belajar matematika siswa kelas VII C MTsN Ngantru Tulungagung Tahun Ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan segi empat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mendapatkan hasil yang cukup baik. (2) Prestasi belajar matematika siswa kelas VII D MTsN Ngantru Tulungagung Tahun Ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan segi empat dengan menggunakan pembelajaran konvensional mendapatkan hasil yang agak baik. (3) Ada perbedaan prestasi belajar siswa antara yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan konvensional pada pokok bahasan segi empat. 

Selengkapnya download DISINI

Selasa, 15 November 2016

Pemanfaatan Media Ular Tangga Termokimia Yang Dikombinasikan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA N 3 Pekalongan

ABSTRAK

Kata Kunci : Ular Tangga Termokimia, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PPT, Hasil Belajar
Pembelajaran kimia pokok bahasan termokimia merupakan pokok bahasan yang masih dianggap sulit oleh beberapa siswa. Kondisi ini memerlukan penggunaan variasi mengajar yang menarik. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan termokimia menggunakan media ular tangga termokimia yang dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang signifikan serta siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan termokimia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan termokimia menggunakan media ular tangga termokimia yang dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang signifikan serta siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan termokimia. Sampel dipilih secara cluster random sampling, diperoleh siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen 37 siswa dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol 36 siswa. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah dokumentasi dan tes.
Hasil analisa data diperoleh rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 71,8, sedangkan kelas kontrol 66,2, sehingga kedua kelas mencapai ketuntasan. Selain itu, terlihat adanya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen yang diajar dengan media ular tangga termokimia yang dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan kelompok kontrol yang diajar dengan metode konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah Jdata pada uji tanda Wicoxon adalah 104 lebih besar dari Jbatas (89). Jdata merupakan jumlah rank terkecil (rank negatif). Jumlah rank positif yang lebih besar menandakan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa media ular tangga termokimia yang dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan termokimia serta siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan termokimia. Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang mempunyai kelas kecil.

Saran yang dapat diberikan yaitu: Sebelum penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi yang akan diteliti, sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya dari sisi akademik tetapi juga sisi kondisi kelas. Ular tangga termokimia perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk, aturan, permainan dan soal-soalnya. Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Sebaiknya permainan ular tangga termokimia dilakukan di luar jam pelajaran.

Selengkapnya download DISINI

Senin, 14 November 2016

MUTU PROSES BELAJAR MENGAJAR DENGAN PENERAPAN STRATEGI TANDUR PADA KAJIAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA DI SMP NEGERI 2 MANDIRAJA BANJARNEGARA

ABSTRAK

Dari hasil observasi yang dilakukan di kelas II SMP N 2 Mandiraja diketahui bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan kondisi pembelajaran yang monoton, karena lebih sering menerapkan strategi ceramah. Monotonnya proses pembelajaran disebabkan guru kesulitan dalam merancang strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Oleh karena itu guru perlu dibantu merancang strategi pembelajaran yang inovatif, menarik dan dapat mengaktifkan siswa. Strategi pembelajaran TANDUR dirancang bersama guru dan diterapkan dalam proses pembelajaran kajian sistem ekskresi yang telah berlangsung. Dari faktor utama tersebut, maka perlu diteliti bagaimana mutu proses belajar mengajar yang menerapkan strategi TANDUR pada kajian sistem ekskresi manusia.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II D SMP N 2 Mandiraja yang berada di jalan raya Purwasaba-Simbang Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, dengan jumlah siswa 40 orang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada kajian sistem ekskresi manusia tahun pelajaran 2004-2005. Data hasil penelitian ini diolah dengan metode deskriptif kualitatif persentase.
Kegiatan pembelajaran dengan strategi TANDUR yang telah dilaksanakan secara umum berjalan baik. Hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa mutu hasil belajar pemahaman konsep dinilai lebih dari cukup (73,5), mutu hasil belajar kerja ilmiah dinilai cukup (64,9), mutu aktivitas siswa dinilai baik (80,4) dan mutu kinerja guru dinilai istimewa (96,9). Dari empat aspek yang telah ditentukan hasil belajar aspek kerja ilmiah belum bisa tercapai secara optimal. Hal ini terjadi karena pembelajaran ketrampilan proses ilmiah memerlukan waktu yang lama sebagaimana pendapat Sudjana (1989) yang menyatakan bahwa pengembangan suatu ketrampilan memerlukan proses yang panjang.
Mutu proses belajar mengajar yang telah berlangsung adalah baik dengan nilai 78,9. Untuk mencapai hasil yang lebih optimal, maka dalam penerapan pembelajaran strategi TANDUR ini diperlukan beberapa perbaikan, antara lain dengan menambah tingkat kesukaran soal pada LKS, memberikan contoh yang lebih autentik dalam setiap permasalahan yang disajikan, memberikan bimbingan dan latihan ketrampilan proses ilmiah yang lebih intensif.


Kata kunci: mutu PBM, strategi TANDUR, sistem ekskresi manusia

Selengkapnya download DISINI

Minggu, 13 November 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL-EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PADAMARA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2005/2006

SARI

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial-Ekonomi, Siswa

Prestasi belajar mata pelajaran Pengetahuan Sosial-Ekonomi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padamara Kabupaten Purbalingga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri siswa. Kebenaran argumen ini perlu dibuktikan melalui kegiatan penelitian agar diperoleh jawaban yang akurat. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran pengetahuan sosial-ekonomi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padamara Kabupaten Purbalingga?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran pengetahuan sosial-ekonomi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padamara Kabupaten Purbalingga.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 184 siswa. Untuk pengambilan sampel digunakan rumus slovin dengan taraf signifikansi 5% dan didapat sampel 126,027, tetapi untuk tercapainya tujuan penelitian sampel yang digunakan ditambah menjadi sebesar 130 responden. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel hasil eksplorasi yang akan diteliti seluruhan hubungan interdependent antar variabel-variabelnya. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan tehnik analisis faktor.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 7 (tujuh) faktor prestasi belajar yang terbentuk, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: (1) factor suasana kelas dan guru, (2) faktor sarana belajar, (3) faktor metode belajar, (4) faktor motivasi, (5) faktor minat siswa, (6) faktor lingkungan tempat tinggal dan (7) faktor keaktifan siswa. Faktor yang memberi kontribusi paling besar adalah faktor suasana kelas dan faktor guru yaitu sebasar 28,66%, kontribusi terkecil diberikan oleh faktor keaktifan siswa yaitu sebesar 5,26% dari keseluruhan kontribusi yang diberikan oleh seluruh faktor yang besarnya 75,47%.

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah (1) Perlunya meningkatkan suasana yang nyaman, tenang, dan kondusif sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan tenang, (2) Perlunya ditingkatkannya metode pembelajaran yang tepat sehingga tingkat kebosanan siswa terhadap pelajaran tidak berlarut-larut dan cepat teratasi, (3) Perlunya ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru jika menemukan hal-hal yang kurang jelas dan (4) Menyontek adalah salah satu perbuatan yang kurang baik, sebaiknya kebiasaan siswa dalam menyontek secepatnya ditanggulangi.

Selengkapnya download DISINI

Sabtu, 12 November 2016

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Model NCTM Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Materi Luas Bangun Datar Siswa Kelas VII A SMP Muallimin Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2008/2009

ABSTRAK

Kata Kunci    :      Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, Pembelajaran Matematika Pendekatan Konstruktivisme Model NCTM Luas Bangun Datar.

Permasalahan (1) Bagaimana penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme model NCTM pada materi luas bangun datar? (2) Bagaimana hasil prestasi  siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Kostruktivisme model NCTM pada materi luas bangun datar?
Pola penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sumber data dalam Penelitian Tindakan ini adalah siswa kelas VII A SMP Muallimin Wonodadi Blitar. Metode pengumpulan data (1) Tes, (2) Tugas, (3) Wawancara, (4) Observasi, (5) Catatan lapangan. Model analisis data yang digunakan yaitu model alir (Flow model) yang meliputi (1) reduksi data, (2) menyajikan data (3) menarik kesimpulan.
Tujuan Penelitian (1) mengetahui penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme model NCTM pada materi luas bangun datar di kelas VII SMP Muallimin Wonodadi Blitar (2) Mengetahui hasil prestasi siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme model NCTM  pada materi luas bangun datar siswa kelas VII A SMP Muallimin Wonodadi Blitar.
Hasil Penelitian secara empiris menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme model NCTM dapat dilakukan melalui diskusi secara kelompok maupun individu. Penerapan model NCTM dalam pembelajaran ini dilakukan sesuai dengan komponen-komponen dari NCTM yaitu : (1) Tugas, dengan siswa menemukan permasalahan yang nantinya didiskusikan dan memberikan wacana sesuai dengan ide-ide siswa. (2) Wacana, dengan siswa menjadi lebih aktif mengemukakan pendapatnya. (3) Lingkungan, untuk membantu siswa memancing ide-ide supaya dapat berkembang. (4) Analisis, meningkatkan dan memperluas berpikir serta pemahaman siswa. Selain itu, pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme model NCTM dapat membantu meningkatkan hasil prestasi siswa sesuai dengan hasil diskusi dan hasil tes setiap akhir tindakan.
Model NCTM ini merupakan bagian dari konstruktivisme yang didalamnya juga terdapat metode pemecahan-pemecahan  masalah. Sesuai dengan komponen-komponen NCTM, dengan tugas tersebut siswa dapat menemukan, membangun, dan mengembangkan wacana dengan ide-idenya untuk menyelesaikan masalah. Sehingga siswa aktif berkreasi untuk menemukan jawabannya. 
Dalam proses pembelajaran, pendekatan kostruktivisme model NCTM memiliki banyak kelebihannya. Pendekatan konstruktivisme model NCTM dapat meberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun matematika dalam pikirannya, dapat melaksanakan, menata mengikuti dan menyelesaikan tugas dengan baik. Selain itu dengan pendekatan ini akan tercipta suasana yang menyenangkan karena  siswa dapat mengapresiasikan ide-idenya dalam pembelajarannya. Hal ini akan meningkatkan gairah dan motivasi siswa untuk lebih rajin belajar. Sedangkan kekurangannya adalah guru dalam menyiapkan permasalahnya serta referensi dari berbagai sumber. 
Dari kelebihan dan kelemahan pendekatan ini, sudah sepatutnya kita mencoba untuk menerapkan pendekatan ini guna mengembangkan kompetensi yang kita miliki.

Selengkapnya download DISINI

Jumat, 11 November 2016

Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Volume Dan Luas Bangun Ruang Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII SMPN 5 Tulungagung

A.    Latar Belakang
Pelajaran Matematika diberikan di semua sekolah baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Pelajaran matematika yang diberikan di semua jenjang pendidikan diharapkan akan mempunyai kontribusi yang berarti bagi bangsa masa depan, khususnya dalam “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.[1]
Namun, jika kita perhatikan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan arus globalisasi yang makin cepat, maka guru sebagai satu-satunya sumber informasi tidak mungkin lagi menjadi sumber informasi tunggal bagi peserta didik.[2] Menurut penelitian Jakson bahwa peranan guru itulah yang memegang peranan yang terpenting, dalam arti bahwa perhatian guru pribadi terhadap siswa-siswanya lebih memajukan perkembangan anak, dimana seorang guru lebih sering menghadapi anak-anak dari kelas itu.[3]
Guru sebagai pendidik harus menyadari bahwa kemajuan pendidikan lebih tergantung kepada dedikasi guru serta kreatifitasnya setelah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai tempat[4]. Kreatifitas yang dimiliki guru terletak pada metode dan strategi yang diterapkan dalam pengajaran khususnya pengajaran matematika. Pengajaran matematika hendaknya lebih bervariasi baik metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa.  Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika.[5] Pengajaran matematika disekolah pada umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus dan konsep-konsep secara verbal tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa.
Dalam pengenalan rumus–rumus dan konsep-konsep matematika di kelas menunjukkan bahwa sering terjadi kesalahan dalam pengajarannya. Hal ini disebabkan karena guru tidak memahami dengan baik matematika yang akan digunakan sebagai wahana pendidkkan[6].
Disamping itu, guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berfikir siswa atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan juga guru lebih mendominasi kelas atau mendominasi kegiatan belajar mengajar, sedangkan siswa lebih sering berperan sebagai pendengar dan pencatat yang baik.[7]
Mengajar akan efektif bila kemampuan berfikir siswa diperhatikan dan karena itu perhatian ditujukan kepada kesiapan struktur kognitif siswa. Adapun struktur kognitif mengacu pada organisasi pengetahuan dan pengalaman yang telah dikuasai seorang siswa yang memungkinkan siswa itu dapat menangkap ide/konsep-konsep baru. Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan intelektual siswa berlangsung bertahap secara kualitatif. Walaupun perkembangan itu nampaknya berjalan dengan sendirinya, nampaknya perlu diarahkan sebab perkembangan tersebut dapat dibantu atau terhalang oleh keadaan lingkungan.[8]
Melihat kondisi tersebut maka di perlukan suatu strategi pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan pokok-pokok bahasan matematika kepada peserta didik. Strategi belajar matematika adalah kegiatan yang dipilih pengajar dalam proses belajar mengajar matematika yang dapat memberikan fasilitas belajar sehingga memperlancar tercapainya tujuan belajar matematika.[9] Kalau kita lihat salah satu komponen pendidikan di sekolah adalah siswa, dalam pembelajaran siswa merupakan subyek yang mengalami proses pembelajaran, sehingga kemampuan siswa turut mempengaruhi tingkat kecepatan proses belajar dan tingkat keberhasilan belajar.
Pelajaran matematika ditingkat SMP terdiri dari berbagai sub-sub pokok bahasan, salah satunya adalah menentukan rumus Volume dan Luas Bangun Ruang yang diajarkan di kelas VIII (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Dalam materi mengidentifikasikan Bangun Ruang terdapat beberapa Kompetensi Dasar yang harus dicapai yaitu :
(1) Menentukan Luas Selimut dan Volume tabung, bola, kerucut dengan Indikator : (a) Menyebutkan unsur–unsur jari-jari/diameter, tinggi, sisi alas dari tabung dan kerucut, (b) Melukis jaring-jaring tabung, dan jaring-jaring kerucut, (c) Menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, (d) Menghitung volume tabung, kerucut dan bola, (e) Menghitung unsur-unsur Bangun Ruang Sisi Lengkung jika volume Bangun Ruang Sisi Lengkung diketahui, (2) Menghitung besar perubahan volume dengan Indikator : (a) Menghitung perbandingan volume tabung, kerucut dan bola karena perubahan ukuran jari-jari, (b) Menghitung besar perubahan volume tabung, kerucut dan bola jika jari – jarinya berubah.[10]
Berdasarkan hasil wawancara dalam studi pendahuluan di SMPN 5 Tulungagung dengan guru mata pelajaran matematika. Peneliti melihat bahwa  dalam pengajaran mencari Volume dan Luas Bangun Ruang khususnya Tabung, Kerucut, Bola, pada umumnya langsung mengenalkan rumus menentukan volume dan luas bangun ruang seperti tabung, kerucut, dan bola tersebut, kemudian anak dilatih menggunakan rumus tersebut. Sehingga siswa kurang dilibatkan dalam memanipulasi benda konkret. Guru beranggapan bahwa penggunaan benda konkrit (alat peraga) merepotkan, karena hasilnya sama saja dengan yang tidak menggunakan alat peraga.
Dari kondisi pembelajaran di sekolah tersebut dalam mencari volume dan luas Bangun Ruang, terkesan bahwa guru lebih banyak mendominasi kegiatan. Siswa hanya mengamati apa yang dilakukan guru seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi cara mengerjakan soal, dan dilanjutkan latihan-latihan soal.
Dalam upaya meningkatkan penguasaan Konsep Volume dan Luas Bangun Ruang siswa akan mengembangkan pemahamannya dengan baik jika mereka dapat secara mudah mengaitkan antara sesuatu yang telah mereka kenal dengan pengetahuan dan pemahaman yang baru atau yang belum dikenal. Hubungan dalam memahami materi yang abstrak tidak dapat dibesar–besarkan. Keberhasilan dalam belajar yang ditandai oleh penyediaan lingkungan belajar yang membantu siswa dalam membuat hubungan-hubungan tersebut. Siswa selanjutnya mampu menyadari adanya saling hubungan antara materi dan perannya dalam situasi kehidupan nyata.[11]
Salah satu cara dalam meningkatkan penguasaan konsep Volume dan Luas Bangun Ruang adalah dengan melalui model pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran. Model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi permasalahan diatas adalah “Pembelajaran Kontekstual”. Pembelajaran Kontekstual bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916  mengajukan teori Kurikulum dan Metodologi Pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa.[12]
 Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah–masalah dunia nyata atau masalah–masalah yang disimulasikan. Pembelajaran Kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah–masalah dalam dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja.[13]
Untuk mengatasi kendala yang mungkin timbul ini, guru diharapkan dapat memahami pembelajaran kontekstual secara mendalam.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik dan berusaha mencari solusi dalam meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep volum dan luas bangun ruang, oleh karena itu peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Volume Dan Luas Bangun Ruang Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII SMPN 5 Tulungagung



[1] Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta : Dirjen Dikti, 1999), hal.3
[2] Gulo, W, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Grasindo Pers, 2003) hal.5
[3] Gerungan, W.A, Psikologi Sosial, ( Jakarta : Refika Aditama, 2002) hal. 194
[4] Soedjadi, Kiat Pendidikan ..........hal.101
[5] I Gusti Putu Suharta, Matematika Realistik : Apa dan Bagaimana,http// www/duniaguru.com.htm
[6] Soedjadi, Kiat Pendidikan......, hal.100
[7] Sudarman Benu, Prosiding Seminar Nasional Matematika Jurusan Matematika, (Surabaya ITS Surabaya), hal. 431
[8] Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum.......,  hal. 64
[9] Herman Hudoyo, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang : IKIP Malang 1990), hal. 11
[10] Lima, Suharyono, Widosuwahyono A, Mahir Matematika SMP Kelas 2, (Jakarta : Grasindo, 2004) hal. 11
[11] Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Senduk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK, 2004, (Malang : UNM, 2004) hal.26
[12] Ibid, hal. 8
[13] Ibid, hal.13


Selengkapnya download DISINI