A. Latar Belakang
Cukup banyak peserta didik
SD tidak suka belajar matematika, yang mengakibatkan nilai matematika peserta
didik SD menjadi rendah. Ketidaksukaan peserta didik SD ini semakin diperparah
karena sejak awal fondasi pemahaman peserta didik sangat kurang (http://www.geocities.com/bloganak06/anak/MatematikaSebelAh.doc).
Hal ini dikarenakan peserta didik bukan dilatih untuk paham dan mengerti tapi
hanya mengingat angka-angka. Sehingga mereka kurang mampu menyelesaikan masalah
matematika. Ditambahkan lagi bahwa ketidaksukaan peserta didik belajar
matematika terbagi menjadi dua. Pertama, matematika tidak menarik. Kedua,
peserta didik punya masalah tersendiri dalam memahami konsepkonsep matematika
sehingga kurang mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah.
Penyebab ketidaksukaan
peserta didik dalam belajar matematika dapat diatasi, salah satunya adalah
dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk proses belajar. Namun perlu
diperhatikan juga bahwa selain dipengaruhi oleh lingkungan, belajar juga
dipegaruhi oleh kondisi peserta didik sendiri. Kondisi peserta didik ini berupa
kemampuan peserta didik untuk mengolah, menyimpan dan menggunakan kembali pada
waktu yang akan datang 2 informasi yang telah diperoleh dari proses belajar
yang telah peserta didik alami. LTM (Long Term Memory) merupakan sistem
untuk menyimpan, mengatur, dan mendapatkan atau menggunakan kembali informasi
yang bersifat permanen. Informasi-informasi yang tersimpan dalam LTM mungkin
akan tersedia untuk selamanya.
Hasil belajar yang berupa
nilai ujian merupakan gambaran yang paling mudah diamati dalam melihat
keberhasilan suatu proses belajar. Meski hal ini tidak dapat dijadikan patokan,
namun berdasarkan nilai ujian pulalah seorang peserta didik dapat dinyatakan
lulus atau tidak sekarang ini.
Waktu pelaksanaan ujian yang
biasanya mempunyai tenggang waktu dari pelaksanaan pembelajaran, menuntut
peserta didik mempunyai kemampuan menyimpan informasi ke dalam LTM yang baik.
Terlebih lagi pada materi yang dijadikan dasar pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Misalkan materi bilangan bulat pada kelas IV SD, disini terdapat
penanaman konsep operasi bilangan bulat yang sering digunakan sebagai
pengetahuan dasar untuk mempelajari materi yang lain pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Telah banyak model
pembelajaran yang telah dikembangkan sebagai langkah penciptaan lingkungan yang
kondusif dalam proses belajar yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Salah satunya adalah pembelajaran RME (Realistic Mathematics
Education). Sejak tahun 2001 RME mulai merambah Indonesia. RME (Realistic
Mathematics 3 Education) adalah sebuah pembelajaran matematika yang
menekankan pada penyelesaian masalah secara informal sebelum menggunakan cara
formal. Cara informal ini bisa berupa permainan, lagu atau segala sesuatu yang
dekat dengan peserta didik. Dekat dengan peserta didik disini berarti
berhubungan dengan kehidupan peserta didik, sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan terjangkau oleh peserta didik. RME dimulai dari masalah yang
kemudian diarahkan menuju pemecahan secara formal.
Prestasi peserta didik biasanya dilihat
melalui nilai ujian, nilai ujian merupakan salah satu perwujudan hasil belajar
peserta didik yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dalam
menyimpan, mengatur, dan mendapatkan atau menggunakan kembali informasi yang
ada di dalam memori. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti
mengambil judul “Keefektifan pembelajaran RME (Realistic Mathematics
Education) dan pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan peserta didik di
Sekolah Dasar kelas IV dalam menyimpan informasi ke dalam LTM”.
Selengkapnya download DISINI
0 komentar:
Posting Komentar