Pages

Subscribe:

Jumat, 04 November 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS MEDIA DAN BERKONTEKS LOKAL SEBAGAI UPAYA MENGOPTIMALKAN KEAKTIFAN SISWA

A.     Latar Belakang

Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya
dengan anak – anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke
arah kedewasaan ( Ngalim Purwanto, 2004 : 10 ). Menurut PP no 19 tahun
2005 dan dipertegas dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
tahun 1989, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Salah satu perwujudannya melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan
pendidikan di Indonesia. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang memberikan kontribusi positif dalam tercapainya masyarakat yang
cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis.
Menurut Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 252 ), Matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan –
hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berpikir. Alasan tentang pentingnya matematika diajarkan
kepada siswa adalah selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua
bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, merupakan
sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek yang
bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami
kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional
maupun internasional belum menggembirakan.
Third International
Mathematics and Science Study
(TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor
matematika siswa tingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah ratarata skor matematika siswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38
negara (TIMSS,1999). Rendahnya prestasi matematika siswa disebabkan oleh
faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial
dalam matematika. (
http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/pembelajaranmatematika-realistik-rme/ )
Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan
matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan
sulitnya matematika bagi siswa karena pembelajaran matematika kurang
bermakna. Guru di dalam kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah
dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan
kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. Mengaitkan
pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam
pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna.
Pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman masalah
sebagai berikut: 1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih
belum nampak, 2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru
sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum atau kurang
paham, 3) keaktifan siswa mengerjakan soal-soal latihan pada proses
pembelajaran juga masih kurang, 4) kurangnya keberanian siswa untuk
mengerjakan soal di depan kelas.
Dalam pengajaran matematika diharapkan siswa benar-benar aktif,
sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan
lebih lama bertahan. Suatu konsep akan mudah dipahami dan diingat oleh
siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah
yang tepat, jelas dan menarik keaktifan siswa sehingga mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar.
Dari hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa prestasi belajar
siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah. Hal ini disebabkan adanya
anggapan bahwa matematika sulit dan membosankan, serta kurang
dilibatkannya siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, penulis
akan mengujicobakan model pembelajaran yang menarik dan dapat memicu
siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu
Model Pembelajaran Matematika Realistik. Model pembelajaran ini lebih
ditekankan pada pembelajaran matematika dengan menempatkan realitas dan
pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Dengan model
pembelajaran ini setiap siswa diberikan kesempatan untuk menemukan dan
menerapkan konsep – konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari–
hari atau masalah dalam bidang lain.
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika
melalui model
Pembelajaran Matematika Realistik dapat menggunakan kerja
sama antara guru matematika dan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan
Kelas. Proses penelitian Tindakan Kelas ini memberikan kesempatan kepada
peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji dan dituntaskan. Dengan
demikian proses pembelajaran matematika yang menerapkan model
Pembelajaran Matematika Realistik dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Bertolak dari uraian-uraian di atas maka penulis melakukan penelitian tentang
” Penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media Dan
Berkonteks Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas VI SD
Muhammadiyah 16 Surakarta”.

Selengkapnya download DISINI

0 komentar:

Posting Komentar